Feed
Hujan Es? Imbas Fenomena Awan Cumulonimbus di Bantul

FENESIA – Turunnya hujan es tersebut disertai angin kencang yang menumbangkan sejumlah pohon, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu 10 Maret 2021.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan penyebab hujan es yang mengguyur sebagian kawasan Kabupaten Bantul.
Menurut Peneliti Cuaca dan Iklim Ekstrim BMKG, Siswanto hujan es disebabkan perkembangan sel awan Cumulonimbus (CB) di wilayah bagian barat Yogyakarta, yang dimulai pukul 14.00 WIB.
“Tampak perkembangan sel awan Cumulonimbus(Cb) dimulai sekitar jam 14.00, dengan sel awan berkembang sporadis di wilayah bagian barat Yogyakarta,” ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan awan CB pada pukul 15.00 WIB hingga 16.00 WIB mengarah ke arah bagian tengah Yogyakarta, semakin bertambah besar karena terjadi proses penggabungan awan (coalision) dan tumbukan partikel awan (collision).
Dijelaskan Siswanto, suhu puncak awan bisa mencapai lebih dari -70 derajat celcius yang mana pada bagian ini dipenuhi oleh kristal-kristal es. Pada pukul 17.00 WIB sel awan terus bergeser ke arah timur Yogyakarta.
Suhu puncak awan yang sangat dingin, kata dia mengindikasikan tingginya awan tersebut dan kristal es yang terbentuk di bagian atas awan.
Awan CB supersel membentuk gugusan awan CB dan umumnya menghasilkan cuaca yang cukup berdampak di area di bawahnya.
Siswanto mengatakan proses yang pembekuan di awan akibat dari proses mikrofisika dapat menghasilkan tiga fenomena cuaca lokal, yakni angin kencang dari dasar awan (downburst), hujan disertai es (hail) dan petir yang dapat dihasilkan dari loncatan listrik karena terdapat beda pontensial antara elemen dan muatan di dalam awan.
Sebelumnya Fenomena hujan es mengguyur kawasan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu 10 Maret sore.
