FeedLibraryUlasan

Belajar tentang Ketidak-egoisan Cinta Lewat UNFORGETTABLE Karya Winna Efendi

249
×

Belajar tentang Ketidak-egoisan Cinta Lewat UNFORGETTABLE Karya Winna Efendi

Sebarkan artikel ini
Ketidak-egoisan cinta
Source: internet

FENESIA – Perihal cinta, agaknya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa seluruh tinta di dunia tidak akan cukup untuk menguraikan setiap kisahnya. Cinta monyet, cinta yang dewasa, cinta pertama, cinta yang mengekang, cinta yang tidak egois.

Salah satu penulis kisah romantis yang cukup terkenal di Indonesia, Winna Efendi menuliskan kisah yang mengajarkan kita tentang ketidak-egoisan cinta. Kisahnya ringan, hanya setebal 172 halaman. Namun di setiap halamannya, Winna berhasil membawa pembacanya menyusuri jalan panjang melankolis.

Alih-alih melelahkan, Winna membuat kita semakin ingin berjalan di jalan tersebut. Melalang buana dalam setiap kata yang ia untai membentuk seberkas imaji di kepala.

Ketidak-egoisan cinta
Source: internet

Kisahnya hanya tentang dua orang yang tidak saling menyebutkan nama namun sering duduk berdua di kedai wine dan mengadakan bincang kehidupan. Tentang wine dan filosofinya. Tentang lagu kesukaan dan alasan dibaliknya. Tentang mimpi, pilihan hidup, santa klaus, dan cinta.

Tentang Penantian

Sang perempuan hanya seorang yang bersembunyi di balik buku, demikian prolog novel ini mendeskripsikan tokohnya. Ia menyukai wine, dan itulah mengapa ia membuka kedai wine tersebut bersama kakaknya. Pengetahuannya tentang wine kadang ia selipkan pada obrolan bersama sang pria ‘yang membentuk siluet mimpi’. Pria yang membuatnya sadar bahwa selama ini ia hanya sedang menunggu.

Lewat obrolan-obrolan random yang mereka ciptakan setiap harinya, tanpa sadar mereka selalu menantikan kehadiran masing-masing. Kenyamanan telah terbentuk meski bahkan keduanya belum bertukar nama. Mengingatkan keduanya jika niat awal mereka tidak akan sejauh ini.

Namun, siapa yang bisa menolak kehadiran cinta?

Pertunjukkan Cinta

Layaknya pengakuan orang-orang dewasa, cinta tidak perlu diucapkan, hanya perlu ditunjukkan dan dirasakan. Dan keduanya melakukannya, tidak ada kata cinta untuk satu sama lain yang menyelip dalam setiap perkatan. Hanya lewat ‘pertunjukkan cinta’ dan kerinduan.

Seperti setiap kisah cinta yang ada, konflik muncul untuk membuatnya terasa lebih hidup. Sang pria menghilang, menciptakan kekosongan yang dulu selalu perempuan itu rasakan sebelum bertemu pria itu. Rindu yang menghampiri sudah tak terbentung. Hingga sang pria kembali muncul, menyenangkan perempuannya sesaat.

Sesaat saja, karena dalam genggaman pria itu, terselip badai. Badai yang siap meratakan hubungan mereka kembali, bak orang asing seperti dulu lagi.

Oh, mereka masih asing. Tampaknya mereka berpikir saling mengetahui nama masing-masing dapat membantu jalan cinta mereka agar lebih mulus. Dan nyatanya memang tidak.

Tentang Melepaskan Dan Mengikhlaskan

Kita akan belajar mengiklhaskan. Belajar ketidak-egoisan cinta dari mereka yang saling melepaskan. Terlalu banyak yang tersakiti jika mereka egois. Untungnya mereka tidak. Daripada menyakiti orang lain, mereka memilh menyakiti diri sendiri, walau bersikap jahat terdengar sangat menggiurkan. Sebuah seni kehidupan yang tidak banyak dilukis.

Dan kita sampai di penghujung jalan. Sang perempuan akhirnya tidak bersikap pelit. Ia menuliskan sebuah nama, namanya sendiri. Lewat 7 huruf berwarna biru, meliuk-liuk indah dalam pimpinan sang A.

Saatnya berhenti. Kisah mereka usai sampai di sana. Namun kamu masih bisa menyusuri jalannya lagi. Langsun inging, tidak melalui tulisan gegabah ini. Kemudian kamu akan merasakannya. Perasaan melankolis yang ‘sedikit’ menyayat hati.