Sinopsis
Sinopsis Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Fenesia – Tenggelamnya Kapal Van der Wijck adalah film drama romantis Indonesia tahun 2013 yang disutradarai oleh Sunil Soraya dan diproduseri oleh Ram Soraya. Film ini diadaptasi dari novel berjudul sama karangan Buya Hamka.
Sinopsis Film
Zainudin yang di perankah oleh (Herjunot Ali) sang tokoh utama adalah seorang keturuan Minang-Makassar. Darah minang ia dapat dari ayahnya, sedangkan ibunya adalah seorang bugis. Kemudian dia jatuh cinta pada Hayati (Pevita Pearce), seorang gadis cantik jelita yang menjadi bunga di persukuannya.
Namun, adat dan istiadat yang kuat merampas kebahagiaan cinta mereka berdua.
Zainudin bukan orang minang, ia tidak bersuku dan berbangsa. Meskipun ayahnya orang pribumi asli, tapi suku tidak diwariskan oleh ayah. Sehingga ia sifatkanya hanya menumpang, tidak ada mamak dan penghulu yang mengakuinya sebagai kemenakan. Ini menjadi alasan cintanya kandas dan tidak direstui keluarga Hayati. Sedangkan Hayati adalah perempuan Minang santun keturunan bangsawan.
Zainuddin akhirnya memutuskan untuk berjuang merantau ke tanah Jawa karena patah hati lantaran Hayati dipaksa menikah dengan laki-laki kaya terpandang, Aziz (Reza Rahadian).

Foto : Internet
Dukanya semakin dalam melihat Hayati telah ikhlas dinikahkan dengan orang lain, minangkabau asli. Menjadi-jadilah sakitnya bagai orang senewen.
“Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh Ninik Mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina, tidak tulen Minangkabau, ketika itu kau antarkan saya di simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanganku berapapun lamanya, tapi kemudian kau berpaling ke yang lebih gagah kaya raya, berbangsa, beradat , berlembaga, berketurunan, kau kawin dengan dia. Kau sendiri yang bilang padaku bahwa pernikahan itu bukan terpaksa oleh paksaan orang lain tetapi pilihan hati kau sendiri. Hampir saya mati menanggung cinta Hayati.. 2 bulan lamanya saya tergeletak di tempat tidur, kau jenguk saya dalam sakitku, menunjukkan bahwa tangan kau telah berinang, bahwa kau telah jadi kepunyaan orang lain. Siapakah di antara kita yang kejam Hayati?” Ucap Zainuddin
Hingga setelah dua bulan, ia bertekad melupakan cintanya dan merantau ke tanah Jawa, tempat dimana ia menjadi orang besar dan dihargai, Tidak ada lagi Zainudin, ia telah terlahir kembali menjadi Sabir, artinya orang yang bersabar.
Singkat cerita, suami Hayati bangkrut akibat kebiasaannya berjudi, main perempuan, hingga dengan tidak tahu malu menggantungkan hidupnya kepada orang yang telah ia patahkan hatinya selama ini. Namun zainudin, atau yang lebih dikenal dengan nama tuan Sabir, menerima Hayati dan suaminya tinggal dirumahnya, ia sabar dan berlapang hati. Hingga suatu hari Hayati menerima surat cerai dari suaminya, Zainudin masih berlapang hati mengongkosi Hayati untuk pulang ke Minang. Meskipun hayati tetap ingin hidup bersama zainudin dan berharap cintanya akan bersambung kembali. Namun Zainudin menolak

foto : internet
“Demikianlah perempuan, ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walau pun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya.”
Hayati dipulangkan dengan kapal Van Der Wijck dari Surabaya. Namun naas kapalnya karam, dan itu mengakhiri hidup hayati. Hal itu kemudian menjadi pukulan yang telak bagi Zainudin, akibat keegoisannya.
Moral Value
Hamka melalui kisah roman ini ingin mengkritik sistem pernikahan di Minang masa itu yang mendiskriminasi orang bukan minang untuk menikahi anak gadisnya. Orang yang tak bersuku minang dianggap tidak berbangsa, tidak paham akan adat minang. Sehingga dianggap sebagai sebuah aib.
Meskipun saat sekarang sudah banyak orang tua minang modern yang tidak lagi menganggap suku sebagai sebuah syarat utama dalam mengangkat menantu. Namun tetap saja masih banyak juga orang tua yang memegang teguh tradisi ini.
